Oleh: Dominggus Mampioper
Buah pinang bukan sekadar
mengunyahnya dengan sirih dan kapur. Tetapi buah sejenis palma yang
tumbuh di Pasifik, Asia dan Afrika Bagian Timur seringkali menjadi
simbol dalam kebudayaan suku-suku tertentu di Papua termasuk masyarakat
dalam kebudayaan Suku Byak.
Melambungnya harga pinang di Papua New Guinea bisa menggoncang
perekonomian di negara tetangga Papua New Guinea. Bahkan parlemen di PNG
akan bersidang membahas pengaruh mahalnya harga pinang alias kai-kai buaiy dalam bahasa Inggris Fiji artinya mengunyah pinang.
Orang Biak sendiri menyebut pinang, ropum dan sirih inan serta kapur haver.
Pinang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Betel palm atau Betel nut tree sedangkan nama ilmiahnya adalah Areca catechu. Bagi
masyarakat suku Byak mengunyah pinang sebagai kebiasaan sehari-hari.
Juga digunakan dalam pergaulan terutama jelang pembayaran mas kawin atau
acara peminangan.
Pinang sebagai kakes dalam bahasa Byak sebagai bahan kontak
sebelum melaksanakan acara peminangan dalam kedua belah pihak keluarga
antara laki-laki dan keluarga perempuan.
Kakes diletakan dalam piring lengkap dengan sirih dan kapur
sebagai bahan hidangan keluarga laki-laki yang melakukan peminangan atau
mengantarkan emas kawin ke keluarga perempuan. Biasanya setelah
mengunyah piang kakes, pihak laki-laki boleh membawa pulang
piring-piring tersebut.
Orang-orang tua terutama kaum lelaki (apus kamam/kakek) dalam Suku Byak biasanya memakai noken kecil atau dalam bahasa Byak disebut” i noken kasun” atau noken kecil milik dia atau orang itu.
Fungsi noken kasun ini biasanya dianggap faknik atau keramat karena tidak bisa sembarang digunakan oleh orang lain. Pasalnya dipercaya mengandung hal magig dan gaib dalam noken kasun tersebut.
Seseorang kakek yang mempunyai kemampuan mendeteksi atau mawai
tentang perjalanan dan juga nasib. Biasanya memakai kapur pinang dan
sirih untuk melakukan kinsor. Peralatan kinsor semuanya disimpan dalam noken kasun atau noken kecil.
Jika melakukan kinsor , kakek atau orang tua yang mampu melakukan kinsor akan
mengunyah pinang, sirih dan kapur hingga kental berwarna merah.
Selanjutnya dia akan memakai telapak tangannya dengan ditaburi kapur
sambil menghambur ludah pinang ditelapak.
Setelah menghamburkan ludah pinang di telapak tangannya, paitua yang
melakukan kinsor akan membaca arti dari bentuk ludah pinang di telapak
tangan tersebut. Misalnya ada seseorang yang hendak perjalanan jauh atau
kehilangan sebuah benda berharga. Si tukang kinsor akan mengetahui di
mana benda yang hilang atau meramalkan perjalan jauh seseorang ke luar
kota atau hendak berlayar.
Kebiasaan kinsor sekarang sudah hilang dan tidak lagi
dipraktekan dalam meramal atau mencari barang berharga. Kini fungsi
pinang hanya untuk sekadar dikunyah dalam acara peminangan sebagai kakes.
Para pakar mengatakan biji pinang mengandung alkaloida seperti misalnya arekaina (arecaine) dan arekolina (arecoline), yang sedikit banyak bersifat racun dan adiktif, dapat merangsang otak. Sediaan simplisia biji pinang di apotek biasa digunakan untuk mengobati cacingan, terutama untuk mengatasi cacing pita.
Ada juga beberapa pinang yang menimbulkan rasa pening atau kepala
pusing bila dikunyah. Zat lain yang dikandung buah ini antara lain arecaidine, arecolidine, guracine (guacine), guvacoline dan beberapa unsur lainnya.
Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk mengobati sakit disentri, diare berdarah, dan kudisan. Biji ini juga dimanfaatkan sebagai penghasil zat pewarna merah dan bahan penyamak kulit.
Pada 2003, tabloidjubi.com melakukan kunjungan ke Kampung Balilna di
Provinsi Madang, Papua New Guniea. Kampung ini sangat terkenal dengan
bentuk pinang yang bulat dan agak sedikit besar. Seluruh kebun di
kampung dipenuhi dengan kebun-kebun pinang, seperti sebuah perkebunan
kelapa sawit.
Ternyata buah pinang kering dari Kampung Balilna, Madang PNG ini
dieksport ke negara India dalam jumlah besar. Biji pinang ini telah
dikeringkan, dalam keadaan utuh(bulat) atau dibelah dua. Di
negara-negara importir pinang diolah menjadi semacam permen atau makanan
kecil. (Admin)
Sumber :http://tabloidjubi.com
0 komentar:
Posting Komentar