Perang saudara antar suku di Timika, Papua. Mulai dari
sejak 27 Januari sampai 5 Februari 2014 dini hari. Namun hingga kini belum ada
tanda-tanda perdamaian antara kedua kubu. Dalam konflik ini PT. Freeport
Indonesia actor utama terjadinya konflik horisontal. “Kata seorang yang tidak
ingin disebut namanya, melalui via-handphone. Rabu, (5/2).Sore tadi.
Hingga saat ini, kata dia, banyak korban kedua kubu
mencapai puluhan orang baik perempuan dan laki-laki yang kena anak panah,
mereka berobat dirumah sakit RSUD dan Rumah sakit Karitas, ada yang sudah
meninggal ada juga yang luka-luka berat dan ringan, Kami belum bisa memastikan
jumlah korban dengan identitas lengkap.
Didalam
perang suku banyak oknum terlibat yakni Inteljen Negara Indonesia (BIN),
Tni-Polri, “Memfasilitasi seperti makanan, minuman, Transportasi, “Ujarnya.
Mereka.
"PT. Freeport Indonesia juga ikut memfasilitasi
berupa makanan dan Tranportasi untuk antar jemput menggunakan Bus Karyawan
milik PT Freeport. Dari Tembagapura ke Timika, tujuan masyarakat untuk perang
saudara dengan suku yang ada di Timika.
Dan dari sumber lain juga mengatakan “Perang suku ini
terjadi karena pemerintah membuka jalan trans Timika ke Wagete (Paniai-Nabire)
tanpa persetujuan pemilik ulayat tanah, termasuk pemberian ijin kepada
pengusaha tanpa sepengetahuan pemilik ulayat tanah.
Toko adat dan Toko agama telah melakukan berbagai
upaya penyelesaian konflik ini tetapi sudah tidak sanggup sehingga mereka meminta
Pemerintah Provinsi Papua agar segera menyelesaikan polemik yang sudah lama
berlangsung ini.
Menurut pengakuan seorang mahasiswa Timika, Situasi
terakhir di Kota Timika, keadaan sangat darurat sehingga aktivitas warga Papua
masih tegang, karena pada malam hari kelompok-kelompok gelap alias "BMP,
BAIS, BIN juga ikut menakut-menakuti dan mengancam warga sipil" dengan
menggunakan Mobil kaca gelap berpatroli keliling Kota Timika mereka berniat
jahat untuk membunuh warga sipil . (Jackson Ikomouw)
Sumber :http://kaumindependen.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar