Rabu, 16 April 2014

Sebuah Kata “PENGAMPUNAN”


Kita semua dalam perjalanan seumur hidup, dan intisari perjalanan tersebut adalah keharusan pentingnya mengampuni dan diampuni. Saya cenderung merasa kasihan daripada marah pada anda dan mereka yang lain.

 saya cenderung tidak ada lagi yang bisa dikatakan tentang itu semua, karena memang saya tidak tahu apa yang anda dan mereka yang lain pernah bicarakan tentang saya, karena itu, harganya adalah perbuatanmu saya balas dengan sebuah kata “pengampunan”. Anda dan mereka yang lain adalah Saudara2ku, saya ada karena anda dan mereka yang lain ada. Kita satu dalam “UGATAME”. 

Menurut saya, pengampunan adalah perintah untuk kita, karena yang tidak bisa memaafkan, merusak jembatan yang harus dia lalui sendiri. Bagi saya memaafkan dan penganpunan adalah memberi, sehingga menerima hidup sebagai manusia Ciptaan UGATAME yang utuh. Disisi lain, Pengampunan adalah jawaban untuk mimpi seorang anak dari sebuah keajaiban, dimana apa yang rusak dibuat utuh lagi, dan apa yang kotor dibuat bersih lagi. 

Maka tepatlah GOBAYBO memafkan anda dan kalian yang lain. Saya masih ingat betul tujuh sumber daya kuat “MOTO HIDUP” yang selalu telah tersedia untuk saya : cinta, nikmati, jalani, syukuri doa, memaafkan dan pengampunan. Saya harus selalu memaafkan musuh saya, karena saya tidak pernah tahu kapan saya harus bekerja dengan mereka. Tidak ada balas dendam begitu lengkap selain pengampunan.

 Satu hal yang masih saya ingat dengan baik adalah setiap saat saya memaafkan dan melupakan. Saya merasa tidak memaafkan menjadikan saya dipenjara oleh pembicaraan tanpa bukti dan oleh kelakuan anda, dihantui keluhan bodoh yang tidak memungkinkan mendapat kehidupan yang baru. 

Tidak memaafkan mengunci tindakan dan respon akan kemarahan dan balas dendam, gayung bersambut, yang semakin menjadi. Sedangkan pengampunan membebaskan saya dan anda. Maka harga sebuah pengampunan memang sangat mahal. Karena itulah barangkali saya mengatakan sulit untuk mengampuni. Tetapi justru karena mahal itulah, maka saya harus mengejar dan meraih nilai suatu pengampunan. 

Harga suatu pengampunan jelas tidak dibeli oleh materi, uang, harta, pangkat dan kedudukan apapun. Harga suatu pengampun dibeli dengan kasih, pengorbanan, kerendahan hati, persaudaraan dan kelemah lembutan. Kalau saya mengatakan sulit mengampuni, sekali lagi, itu adalah realita. 

Namun jangan katakan saya tidak mau mengampuni. Itu adalah justru sikap pembrontakan akan nilai kasih yang dicanangkan oleh iman dan agama saya. Kalau saya mengatakan tidak mau mengampuni berarti saya telah berseberangan misi Yesus dan ajaran Gereja saya yang jelas mendorong dan mengajak saya untuk memaafkan dan mengampuni. 

 Peribahasa ini menjadi kesimpulan saya : “Siapa yang menanam, Dia yang akan Menuai” Kita pasti pernah mendengar peribahasa ini, “Siapa menanam, pasti dia yang akan menuai.” Maksudnya, jika seseorang menanam kebaikan, maka ia akan menuai kebaikan pula. Dan jika seseorang menanam kejelekan, maka ia akan menuai hasil yang jelek pula. Hukum ini mengatur hidup kita.

Dan bersifat pasti. Sama seperti hukum gravitasi. Jika kita melompat dari gedung tingkat 5, kita pasti jatuh ke bawah dan mati (kecuali jika kita superman). Banyak sekali keluh kesah yang bakal muncul, tatkala manusia mengalami hal buruk atau hal yang tidak menguntungkan.Bukan karena disebabkan oleh sebuah kesadaran ,namun lebih cenderung pada akibat dari sebuah keinginan dan iri, pada dasarnya keinginan dan iri tersebut sudah disusun matang dengan sebuah perencanaan yang rumit dan terperinci. 

Dengan dalih apapun, manusia sering malakukan upaya-upaya untuk melawan keadaan yang tidak menguntungkan ini, entah dengan menggunakan dalih apapun.yang penting keinginan dan iri mereka tercapai atau terlaksana sesuai yang direncanakan. Ada sebuah sisi yang terkadang selalu dilupakan oleh umat manusia dalam mengarungi kehidupan dengan berbagai aspek hidup.

Bahwa sesungguhnya posisi perencanaan manusia sebebenarnya bukan satu-satunya penentu keberhasilan sebuah keinginan dan iri, namun pada kahakekatnya ada sebuah kekuatan besar yang mengendalikan alur kehidupan dunia fana adakal kekuatan UGATAME. 

Sadar atau tidak, setuju atau pun tidak maka fakta ini tidak dapat terbantahkan. Ukuran dalam skala kecil, semisal bahwa ada sebuah keberhasilan yang dicapai ataupun sebuah kegagalan yang dirasakan oleh setiap individu ternyata terjadi diluar kendali dan bahkan datangnya dengan tanpa diduga-duga, maka fakta ini semakin menonjol terbaca oleh hati, pikiran dan panca indera dengan jelas dan gambling, namun sayangnya kita sering tak mampu menangkap kebesaran UGATAME.

 Dalam skala yang besar, bahwa jika sudah waktunya maka jika terjadi sebuah revolusi pikir, revolusi social ataupun reformasi politik dan hukum, maka sepatutnya kita sekalian mengakuinya bahwa hal tersebut adalah bagian dari Kehendak TEGEE. Tipu daya dan reka yasa, sesungguhnya tidak akan berhasil jika semuanya itu berlandaskan trik dan akal-akalan, karena sesungguhnya hal-hal yang timbul dari pada reka daya pada hakekatnya sangat rapuh dan tidak bertahan lama, kendati tersusun rapi dan terorganisir selayaknya SARANG LABA-LABA.

 Bahwa kita sekalian sudah pasti mengakui adanya KEBENARAN, yakni hukum alam yang segala prinsip-prinsipnya sudah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa Sang Pencipta Alam semesta. Bahwa barang siapa menabur maka sudah pasti akan memanen, barangsiapa menanam maka sudah pasti akan memetik hasil.

 Intinya bahwa, segala sesuatu hal yang terjadi pada setiap individu adalah karena ulah perbuatan sendiri. Sehingga tidak benar jika lantas kita menuding orang lain adalah penyebab datangnya musibah ataupun hal yang buruk. Karena pada hakekatnya semua itu adalah hasil perbuatan diri sendiri. Kejahatan akan membalasnya dengan kejahatan pula, kebaikan akan membalas dengan kebaikan pula sehingga hasilnyapun sama.

 By : Yance Gerpan Gobay

0 komentar:

Posting Komentar