Untuk ko yang merasa terjajah, tra bebas dan terpenjara: "Bangun dan berontaklah! Ko pu hak dan tanggung jawab besar buat mengikuti kehendak sendiri. Kenapa mo hidup kalo selalu mo terjajah? [Sa tulis ini sebagai sebuah renungan, ajaran dan teguran setelah terobsesi baca buku karangan Malka, The Road To Freedom].---Gresik, 13 Oktober 2007, 11.36 WIB]
***
Mengapa kita tidak mo sadar bahwa manusia hidup dalam kenyataan, bukan di alam mimpi, bukan di dunia angan-angan, bukan juga di dunia biting (bicara tinggi). Kalo selalu hidup dalam dunia angan dan mimpi, ko sama saja dengan budak. Dan seorang budak selalu hidup di dunia maya, di dunia angan-angan, di dunia mimpi, di dalam sangkar, di dunia seandainya, tra bisa nikmati indahnya menjadi diri sendiri. Menjadi budak itu sama saja menjadi manusia semu, tra nyata.
Dalam kondisi tersebut, ko trada apa-apanya. Yang ko bisa hanya rame-rame bikin acara, rame-rame pi ke mal, rame-rame belanja pernik ikut gaya trend. Ko tau ka tra? Tindakan seperti itu, bisa disebut niru-niru, nyontek atau tertindas. Sebab kamu merasa lebih gaul, lebih asyik, lebih fun dengan ikut rame.
Klo ko mo tau, penindasan itu hadir dalam banyak hal. Ada yang terang-terangan dan ada yang sembunyi-sembunyi. Ada yang bersifat fisik dan ada yang bersifat psikis. Semua tu terjadi supaya ko tetap menjadi budak. Siapa-siapa yang menindas ko? mereka tu mesin perbudakan yang dasyat dan sering ko tra sadar de pu wujudnya.
Pertama, orang lain. Orang lain di luar ko telah menjadikan ko sebagai budak. Dong bisa perintah ko untuk melakukan ini dan itu. Dong bisa paksa ko untuk mengikuti kehendaknya.
Ko harus tahu pada dasarnya, setiap manusia tu punya the will to power (kehendak untuk berkuasa). Kehendak buat bikin setiap orang tra mau kalah sama orang lain. Kasarnya, semua manusia ingin menjadikan orang lain sebagai budak, setiap manusia ingin menindas kamu, siapa pun orangnya.
Kalo su begitu, ketika ko diam, itu pilihan yang buruk. Dengan diam, ko su menyembunyikan kebenaran yang nantinya akan menjadi racun (meniru kata-kata Fuad Hassan). Takut? Kenapa harus takut? Lawan to! Ato atau ko mau meraka yang menindas ko? Merusak, menghalangi, mengganggu ko untuk menjadi diri sendiri. Juga membunuh kebebasan yang ko punya?
Ko harus tau! Ko pu hidup adalah milik ko sendiri. Ko pu tugas bukan buat jadi seperti mereka yang suruh ko, bukan selalu buat apa-apa yang mereka inginkan, tapi buat jadi diri sendiri, bukan diri orang lain.
Kahlil Gibran bilang begini, "Anakmu bukan milikmu, patut kau berikan rumah untuk raganya. Tapi tidak untuk jiwanya." Itu berarti ko pu arah dan jalan berbeda dari mereka yang kuasai ko. Ko itu sekedar titipan dari-Nya.
Ko harus dengar perintah yang bicara tentang kebenaran walaupun itu pahit. Maksudnya, kebenaran itu tra pandang bulu, sama siapa saja harus ko ungkapkan. Tra peduli itu orang tua, guru, pacar, presiden sekalipun! Meskipun berat rasanya. Ko harus berani menyatakannya. Kenapa tong harus takut buat berontak demi kita punya kebenaran dan kebebasan? Tong tra salah mo!
Kedua, sejumlah kegiatan dan pola umum yang sering dijadikan acuan dalam bertindak. Maksudnya, ko tra perlu terus-terusan lakukan apa pun yang diinginkan oleh mereka, atau aktivitas-aktivitas yang tra layak untuk dilakukan. Ko harus tolak. Dan lakukanlah apa yang ko inginkan.
Tapi ingat! Ko pu kebebasan, tapi tidak melakukan segala hal. Tepatnya, kebebasan harus dimaknai sebagai kebebasan yang bertanggung jawab. Setidaknya, bertanggung jawab terhadap diri sendiri atas pemberontakan yang ko lakukan.
Ketiga, fashion dan gaya hidup yang nge-trend. Ini juga kadang jadi penindas berdarah dingin. Mungkin ko salah satu korbannya. Misalnya, yang ideal tu rambut lurus ato potongan anggota dan sdikit berkilau. Tubuh harus langsing dan berkulit putih. Yah, pokonya hal-hal yang dianggap ideal dalam wilayah eksesoris (penampilan, mode, gaya hidup, dll).
Ko pasti pernah mati-matian ikut apa-apa yang mereka kastau. Mungkin frustasi dan tra pede karena sesuatu yang kurang dari ko. Merasa tra gaul, dan kuno karena tra pu HP, tra pake jelana Janz, kemeja dan lain-lain.
Ko sadar ka tidak kalo fashion dan gaya hidup menjadi penindas? Kenapa menindas? Karena fashion tra pandang ko sebagai individu yang punya pilihan sendiri (autentik). Dalam fashion, semua orang harus serba sama, seragam, dan kompak sesuai dengan pola umum dan kebiasaan yang dianggap benar. Semuanya harus serba ideal.
Dalam wilayah fashion semua orang didorong buat kehilangan identitas dirinya sebagai individu. Semua orang diperlakukan buat ikut perkembangan tertentu. Kalo su kehilangan jati diri sebagai individu yang unik, ko tra mungkin jadi makluk yang bebas. Karena makluk yang bebas adalah makluk yang otonom, alias makluk yang bikin cara hidup beda, tra ikut-ikut dan tra niru-niru. Yo!, smoga ko bukan kormod (korban mode).
Keempat, Teknologi. Teknologi tu kadang jadi penindas juga. Teknologi yang berteman dengan kehidupan ko setiap hari ternyata jadi monster yang menjajah, menindas, dan memperbudak. Dampak yang dong bikin, misalnya membuat ko tra kreatif, tarasing dari sendiri, kehilangan orientasi hidup atau bersikap serba materialistis.
Ko merasa kurang lengkap kalo tra bawa HP. Kam rasa naik kendaraan itu lebih baik dari pada berjalan kaki. Kam rasa lebih betah berlama-lama depan computer (chating, browsing, main game), daripada berlama-lama baca kitab suci. Ko pasti pilih naik eskalator dibanding naik tangga di mal-mal. Ko merasa teknologi sudah jadi bagian tak terpisahkan dari diri sendiri. Ko tra sadar klu ko lagi tertindas sama mereka.
Padahal ko bisa pede dan tetap bernafas tanpa HP, tanpa mobil mewah. Dunia belum berakhir tanpa kecanggihan teknologi dan ilmu pengetahuan. Ko bisa lakukan apa saja tanpa bantuan mereka to?
Mereka bukan apa-apanya ko, mereka bukan bagian dari ko, waktu ko lahir, ko tra bawa apa-apa kan? Ko adalah tubuhmu, pikiranmu dan emosimu yang bercampur menjadi satu. Bukan benda-benda yang ada di luar ko. Makanya hati-hati dengan kemegahan teknologi.
Kelima, ko pu diri sendiri. Musuh utama yang sering buat tertindas adalah kopu diri sendiri. ko pu diri sebenarnya adalah musuh terbesar, paling kuat dan hebat. Kapan ko pu diri jadi penindas?
Ko sebenarnya sedang tertindas sewaktu ko sedang merasa malas, rasa sedih, rasa kecewa, dan setumpuk keinginan. Sedih bisa buat ko jadi malas belajar, badan loyo, putus asa, feel guality. Makanya, ko harus hati-hati dengan ko pu diri sendiri.
Hidup ini banyak pilihan. Ko bisa jadi orang bodoh dan sebaliknya. ko bisa jadi orang baik dan sebaliknya. Ini ko pu hidup, dan oleh karena itu ko harus tentukan sendiri, bukan orang lain.
Ko jangan juga Khianati ko pu diri. Misalnya, ko mungkin pernah nyontek ka? Klo pernah berarti ko tra pede, bergantung sama orang lain, trapu pendirian, ikuti fashion ato tiru-tiru. Nyontek tu tindakan yang menghianati diri. Makanya, mulai sekarang berhenti tipu diri sudah!.
Jang pernah pikir hasil lebih utama dari proses, karena trada hasil tanpa proses.
Mulai sekarang, ko ambil tindakan sendiri. Trausah tunggu orang lain. Tindakan yang made in sendiri. kalo ko mo tau lagi, ko bukan bayang-bayang. Keberadaan ko bukan sekedar bayangan dari seseorang (orang tua, guru, kaka, atau pendeta sekalipun). Ko itu nyata hadir di dunia ini. Karena memang ko nyata, maka ko tra boleh ikut 'dong' seperti bayang-bayang.
Sungguh mati ni, suerr ! Ko adalah ko, dan ko bukan bayang-bayang dari orang lain ato benda lain. Makanya, kesimpulan tentang benar dan salah tu harus datang dari ko, bukan dari orang lain. Klu su tau ko sedang tertindas, Lawan to! Takut buat? (Admin)
Victor F. Yeimo, pimpinan umum Komite Nasional Papua Barat (KNPB), saat ini dipenjara sebagai Tahanan Politik Papua Barat di Abepura Jayapura.
***
Mengapa kita tidak mo sadar bahwa manusia hidup dalam kenyataan, bukan di alam mimpi, bukan di dunia angan-angan, bukan juga di dunia biting (bicara tinggi). Kalo selalu hidup dalam dunia angan dan mimpi, ko sama saja dengan budak. Dan seorang budak selalu hidup di dunia maya, di dunia angan-angan, di dunia mimpi, di dalam sangkar, di dunia seandainya, tra bisa nikmati indahnya menjadi diri sendiri. Menjadi budak itu sama saja menjadi manusia semu, tra nyata.
Dalam kondisi tersebut, ko trada apa-apanya. Yang ko bisa hanya rame-rame bikin acara, rame-rame pi ke mal, rame-rame belanja pernik ikut gaya trend. Ko tau ka tra? Tindakan seperti itu, bisa disebut niru-niru, nyontek atau tertindas. Sebab kamu merasa lebih gaul, lebih asyik, lebih fun dengan ikut rame.
Klo ko mo tau, penindasan itu hadir dalam banyak hal. Ada yang terang-terangan dan ada yang sembunyi-sembunyi. Ada yang bersifat fisik dan ada yang bersifat psikis. Semua tu terjadi supaya ko tetap menjadi budak. Siapa-siapa yang menindas ko? mereka tu mesin perbudakan yang dasyat dan sering ko tra sadar de pu wujudnya.
Pertama, orang lain. Orang lain di luar ko telah menjadikan ko sebagai budak. Dong bisa perintah ko untuk melakukan ini dan itu. Dong bisa paksa ko untuk mengikuti kehendaknya.
Ko harus tahu pada dasarnya, setiap manusia tu punya the will to power (kehendak untuk berkuasa). Kehendak buat bikin setiap orang tra mau kalah sama orang lain. Kasarnya, semua manusia ingin menjadikan orang lain sebagai budak, setiap manusia ingin menindas kamu, siapa pun orangnya.
Kalo su begitu, ketika ko diam, itu pilihan yang buruk. Dengan diam, ko su menyembunyikan kebenaran yang nantinya akan menjadi racun (meniru kata-kata Fuad Hassan). Takut? Kenapa harus takut? Lawan to! Ato atau ko mau meraka yang menindas ko? Merusak, menghalangi, mengganggu ko untuk menjadi diri sendiri. Juga membunuh kebebasan yang ko punya?
Ko harus tau! Ko pu hidup adalah milik ko sendiri. Ko pu tugas bukan buat jadi seperti mereka yang suruh ko, bukan selalu buat apa-apa yang mereka inginkan, tapi buat jadi diri sendiri, bukan diri orang lain.
Kahlil Gibran bilang begini, "Anakmu bukan milikmu, patut kau berikan rumah untuk raganya. Tapi tidak untuk jiwanya." Itu berarti ko pu arah dan jalan berbeda dari mereka yang kuasai ko. Ko itu sekedar titipan dari-Nya.
Ko harus dengar perintah yang bicara tentang kebenaran walaupun itu pahit. Maksudnya, kebenaran itu tra pandang bulu, sama siapa saja harus ko ungkapkan. Tra peduli itu orang tua, guru, pacar, presiden sekalipun! Meskipun berat rasanya. Ko harus berani menyatakannya. Kenapa tong harus takut buat berontak demi kita punya kebenaran dan kebebasan? Tong tra salah mo!
Kedua, sejumlah kegiatan dan pola umum yang sering dijadikan acuan dalam bertindak. Maksudnya, ko tra perlu terus-terusan lakukan apa pun yang diinginkan oleh mereka, atau aktivitas-aktivitas yang tra layak untuk dilakukan. Ko harus tolak. Dan lakukanlah apa yang ko inginkan.
Tapi ingat! Ko pu kebebasan, tapi tidak melakukan segala hal. Tepatnya, kebebasan harus dimaknai sebagai kebebasan yang bertanggung jawab. Setidaknya, bertanggung jawab terhadap diri sendiri atas pemberontakan yang ko lakukan.
Ketiga, fashion dan gaya hidup yang nge-trend. Ini juga kadang jadi penindas berdarah dingin. Mungkin ko salah satu korbannya. Misalnya, yang ideal tu rambut lurus ato potongan anggota dan sdikit berkilau. Tubuh harus langsing dan berkulit putih. Yah, pokonya hal-hal yang dianggap ideal dalam wilayah eksesoris (penampilan, mode, gaya hidup, dll).
Ko pasti pernah mati-matian ikut apa-apa yang mereka kastau. Mungkin frustasi dan tra pede karena sesuatu yang kurang dari ko. Merasa tra gaul, dan kuno karena tra pu HP, tra pake jelana Janz, kemeja dan lain-lain.
Ko sadar ka tidak kalo fashion dan gaya hidup menjadi penindas? Kenapa menindas? Karena fashion tra pandang ko sebagai individu yang punya pilihan sendiri (autentik). Dalam fashion, semua orang harus serba sama, seragam, dan kompak sesuai dengan pola umum dan kebiasaan yang dianggap benar. Semuanya harus serba ideal.
Dalam wilayah fashion semua orang didorong buat kehilangan identitas dirinya sebagai individu. Semua orang diperlakukan buat ikut perkembangan tertentu. Kalo su kehilangan jati diri sebagai individu yang unik, ko tra mungkin jadi makluk yang bebas. Karena makluk yang bebas adalah makluk yang otonom, alias makluk yang bikin cara hidup beda, tra ikut-ikut dan tra niru-niru. Yo!, smoga ko bukan kormod (korban mode).
Keempat, Teknologi. Teknologi tu kadang jadi penindas juga. Teknologi yang berteman dengan kehidupan ko setiap hari ternyata jadi monster yang menjajah, menindas, dan memperbudak. Dampak yang dong bikin, misalnya membuat ko tra kreatif, tarasing dari sendiri, kehilangan orientasi hidup atau bersikap serba materialistis.
Ko merasa kurang lengkap kalo tra bawa HP. Kam rasa naik kendaraan itu lebih baik dari pada berjalan kaki. Kam rasa lebih betah berlama-lama depan computer (chating, browsing, main game), daripada berlama-lama baca kitab suci. Ko pasti pilih naik eskalator dibanding naik tangga di mal-mal. Ko merasa teknologi sudah jadi bagian tak terpisahkan dari diri sendiri. Ko tra sadar klu ko lagi tertindas sama mereka.
Padahal ko bisa pede dan tetap bernafas tanpa HP, tanpa mobil mewah. Dunia belum berakhir tanpa kecanggihan teknologi dan ilmu pengetahuan. Ko bisa lakukan apa saja tanpa bantuan mereka to?
Mereka bukan apa-apanya ko, mereka bukan bagian dari ko, waktu ko lahir, ko tra bawa apa-apa kan? Ko adalah tubuhmu, pikiranmu dan emosimu yang bercampur menjadi satu. Bukan benda-benda yang ada di luar ko. Makanya hati-hati dengan kemegahan teknologi.
Kelima, ko pu diri sendiri. Musuh utama yang sering buat tertindas adalah kopu diri sendiri. ko pu diri sebenarnya adalah musuh terbesar, paling kuat dan hebat. Kapan ko pu diri jadi penindas?
Ko sebenarnya sedang tertindas sewaktu ko sedang merasa malas, rasa sedih, rasa kecewa, dan setumpuk keinginan. Sedih bisa buat ko jadi malas belajar, badan loyo, putus asa, feel guality. Makanya, ko harus hati-hati dengan ko pu diri sendiri.
Hidup ini banyak pilihan. Ko bisa jadi orang bodoh dan sebaliknya. ko bisa jadi orang baik dan sebaliknya. Ini ko pu hidup, dan oleh karena itu ko harus tentukan sendiri, bukan orang lain.
Ko jangan juga Khianati ko pu diri. Misalnya, ko mungkin pernah nyontek ka? Klo pernah berarti ko tra pede, bergantung sama orang lain, trapu pendirian, ikuti fashion ato tiru-tiru. Nyontek tu tindakan yang menghianati diri. Makanya, mulai sekarang berhenti tipu diri sudah!.
Jang pernah pikir hasil lebih utama dari proses, karena trada hasil tanpa proses.
Mulai sekarang, ko ambil tindakan sendiri. Trausah tunggu orang lain. Tindakan yang made in sendiri. kalo ko mo tau lagi, ko bukan bayang-bayang. Keberadaan ko bukan sekedar bayangan dari seseorang (orang tua, guru, kaka, atau pendeta sekalipun). Ko itu nyata hadir di dunia ini. Karena memang ko nyata, maka ko tra boleh ikut 'dong' seperti bayang-bayang.
Sungguh mati ni, suerr ! Ko adalah ko, dan ko bukan bayang-bayang dari orang lain ato benda lain. Makanya, kesimpulan tentang benar dan salah tu harus datang dari ko, bukan dari orang lain. Klu su tau ko sedang tertindas, Lawan to! Takut buat? (Admin)
Victor F. Yeimo, pimpinan umum Komite Nasional Papua Barat (KNPB), saat ini dipenjara sebagai Tahanan Politik Papua Barat di Abepura Jayapura.
Sumber: http://majalahselangkah.com
0 komentar:
Posting Komentar