Senin, 10 Maret 2014

Diskusi Asdei: Budayakan Membaca dan Menulis

 Oleh, Yustinus Tebai

Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Deiyai (IPMADE) Yogyakarta dan Solo kembali menggelar diskusi yang ke 45. 
Diskusi kali ini dibawahkan oleh Donatus Bidaipouga Mote dengan judul “Budayakan Membaca dan Menulis” (kamis, 06/03/ 2014).     

Sebelum mulai diskusi, pemateri mengaku diri bahwa, sebenarnya saya bukan seorang wartawan dan juga saya bukan penulis yang sudah diakui oleh publik tetapi karena teman-teman memberikan kepercayaan untuk membawahkan materi tentang menulis maka saya membawahkan materi pada kesempatan ini. Untuk lebih jelasnya tentang menulis maka kita musti ikut pelatihan jurnalis. Demikian awal kata Donatus B.Mote mahasiswa APMD jurusan pemerintahan.

Memang kita akui bahwa, setiap manusia mempunyai talenta masing-masing. Ada orang yang hanya bisa menulis tetapi tidak bisa bicara yang baik, ada orang yang bisa berbicara vokal tetapi belum bisa menulis, ada orang yang bisa bicara dan bisa menulis. Itulah bagian dari manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Namun demikian, lanjut Donatus, dengan melihat situasi Papua yang terus terjadi sampai hilangnya martabat orang Papua sebagai manusia maka ya dan tidak atau mau dan tidak anak muda sebagai generasi Papua bisa menuliskan atas situasi yang sedang terjadi itu. Paling tidak, anak muda Papua sedikit bisa menulis artikel atau opni. Hal ini dikarenakan banyak peristiwa yang terjadi depan anak muda Papua tetapi karena belum bisa menulis atau belum bisa dituangkan dalam bahasa tulis maka tidak dipublikasikan di media.

Sebenarnya, menulis ini tidak harus hanya wartawan atau yang memiliki gelar di Universitas tetapi siapa pun dia dan dimana saja berada bisa menuliskan sebuah tulisan asalkan adanya kemauan dan keinginan untuk menuangkan gagasan atau fakta dalam bahasa tulis.

Tulisan-tulisan itulah yang akan mendatangkan revolusi. Omongan-omongan itu belum tentu membawah perubahan dalam kehidupan tetapi fakta telah membuktikan tulisan-tulisan itulah yang mendobrak tembok-tembok raksasa yang sedang mengelapkan kehidupan manusia yang sesungguhnya.

Pada masa kegelapan dengan carut-marutnya duniawi, seperti India, Afrika dan daerah jajahan lain saat itu, mereka mendobrak dengan gagasan-gagasan kebenaran melalui tulisan. Demikian juga dengan perubahan pembangunan dalam Negara Indonesia. Saat ini Indonesia dikenal dengan penulis-penulis terpopuler. Gagasan-gagasannya dituangkan dalam tulisan dan menjadi konsep dalam pembangunan.

Benarkah kiranya bahwa peradaban ini berkembang karena tulisan, bukan omongan. Bayangkan kalau Aristoteles, Plato, M. Weber dll, mereka tidak menuliskan pikiran-pikiran berarti apa konsep kita saat ini?. Bayangkan seandanya Soekarno, Gus Dus, Nurkhois Majid, dan Amin Rais hanya bisa berbicara, mungkin saat ini kita tidak bisa menulusuri pikiran-pikiran mereka? Dan bayangkan kalau orang Papua tidak bisa menulis sejarah bangsa dan semua peristiwa, apa yang akan menjadi sejarah? Itulah bagian dari perbandingan dan menumbuhkan semangat menulis, Kata Donatus yang juga aktis menulis berita-berita di media Timipotu News.

Lanjut, memang menulis adalah menguras waktu, pikiran, tenaga, dan dana. Namun, satu hal yang musti dipikirkan oleh generasi muda Papua adalah, di tengah-tengah dunia yang menglobal ini, disampin berbicara harus ada tulisan sebagai bahan publikasi serta menuangkan ide-ide cermalang sebagai bagian dari sumbangsi dalam pembangunan. Apalagi bangsa yang sedang dijajajah. Harus budayakan menulis untuk melawan penjajahan tersebut sebab apabila melawan dengan omongan dan tindakan tentu hanya tinggal nama saja di bumi ini.

Lalu bagaimana dengan Papua, yang tanpak masih disebut daerah primitif  atau istilah lain orang mengatakan Papua adalah wilayah ketinggalan zaman itu? Siapa kiranya Papua asli yang berani menyatakan pendapatnya untuk menembus batas-batas kanal intelektual?. Siapa pengganti penulis-penulis yang ada saat ini untuk tetap menari-nari dengan tinta? Inilah spirit awal dalam memberanikan diri untuk menuliskan peristiwa, sejarah, pendapat, dan lainnya. Tambahnya.

Pintu masuk untuk menulis dan pencerahan dalam menulis adalah selain membaca buku, rajin membaca realitas dengan mata, telinga kita. Kenapa demikian? Karena tiada tulisan yang lebih sempurna tanpa adanya fakta atau peristiwa. Artinya, dalam tulisan apapun harus disesuaikan dengan fakta yang sudah terjadi. Selain itu, setelah melihat fakta atau membaca situasi maka pikiran kritis sebagai manusia akan lahir sendirinya. Nah, tidak cukup kalau hanya ada pikiran kritis tapi belum bisa menulis. Oleh karenanya, budayakan menulis sejak dini agar bisa aktualisasi dalam tulisan atas pikiran-pikiran kritis itu.

Sebetulnya kalau kita lihat dengan saksama, menulis itu tidak terlepas dari kenyataan atau bagian dari pengamatan, pembacaan situasi, peristiwa, dan akan memberikan harapan. Namun kita belum juga membudayakan menulis itu. Hal itu kita musti akui sebab memang pada dasarnya manusia itu sudah ditentukan kelebihan masing-masing oleh Sang Pencipta. Bukan berarti kita diam begitu saja tetapi paling tidak sedikit bisa menuliskan sebagai dasar dalam perubahan.

Sebetulnya menulis bukanlah pekerjaan berat tetapi kalau kita mau menjadi penulis atau sedikit bisa menulis maka tinggal menghubungkan indra manusia dengan kata Tanya. Artinya sesuai dengan pembacaan situasi itu membawa dalam pertanyaan. Seperti, mengapa begini? Mengapa begitu? Atau bisa juga mengunakan 5 W,1 H. Apa, Kenapa, Kapan, Dimana, Bagaimana?. Kemudian, memberikan solusi dengan sebuah pertanyaan bagaimana seharusnya. Inilah titik masuk dalam dunia menulis dalam eksplorasi pengetahuan yang memberikan jejak-jejak keberhasilan pencerahan dan revolusi ilmu pengetahuan.

Satu hal lagi yang perlu kita catat bahwa melalui menulis, benih-benih multikulturalisme akan tersebar. Dari siklus ini, tulisan-tulisan akan menjadi alat untuk memahami dan memaknai peradaban.

Selain itu, pemateri juga menemukan beberapa spirit dalam menulis yaitu, KEMAUAN, KEBERANIAN, PENGETAHUAN,dan KETRAMPILAN. Walaupun kita ikut jurnalis, walaupun kita ikut diskusi tentang menulis tetapi kalau tidak ada kemauan berarti percuma saja. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda Papua musti ada kemauan untuk menulis dan menulis. 

Dalam pembahasan selanjutnya Mote juga menghubungkan dengan Budayakan Menulis dan Membaca dalam sebuah pertempuran, Seorang tentara tentu membawah senjata dalam perang tetapi kalau belum ada peluruh sangat tidak mungkin menembak musuh. Sama hal juga dengan menulis. Generasi muda Papua memiliki pikiran kritis, pengentahuan yang baik tapi belum bisa menuliskan berarti tidak akan merubahkan tatanan kehidupan manusia pada jaman kekejaman kolonialis ini.

Setelah adanya penjelasan-penjelasan tentang menulis, pemateri juga kembali mengatakan bahwa; budayakan membaca dan menulis itu bukan hanya membaca apa yang ada dalam buku tetapi supaya membudayakan dalam menulis maka perluh membaca situasi yang sedang berkembang, peristiwa yang sedang terjadi, dan masalah yang ada dalam kehidupan manusia Papua itu sendiri. Yang dimaksud budayakan membaca itu adalah bukan hanya membaca buku tetapi baca situasi dan peristiwa sebab hal itu akan mempermudah dalam menulis, kata Mote.

Pemateri juga menjelaskan bagaimana cara menulis dan bagaimana cara melahirkan ide atau gagasan dalam penulisan.

Bagaimana manemukan ide atau gagasan?
Ide itu bisa muncul dari berbagai sumber. Ide dapat didengar, melihat, membaca, dan melalui pengalam hidup sendiri maupun dari dari pengalaman hidup orang lain. Selain itu, ide akan muncul ketika adanya sikap pro aktif dan kritis dalam menangapi realitas yang didengar, dilihat, mapun dibaca. Ide itu bisa juga ditemukan melalui kekgiatan-kegiatan seperti melalui diskusi, seminar, olah raga dll. 

Bagaimana merumuskan ide yang menarik dan kritis?
Agar tahu ide yang akan kita kembangkan menjadi tulisan menarik, ada baiknya kita menemukan pembanding terlebih dahulu. Yang dimaksud pembanding adalah karya-karya lain yang pernah ada. Ide atau gagasan yang sama perlu dicermati perbedaan sudut pandang, perspektif ataupn argumentasinya. Dengan melakukan perbandingan, kita bisa mengolah ide menjadi lebih menarik dan lain dari pada yang lain.

Misalnya, penulis tergerak oleh berbagai kasus pembunuhan. Langkah selanjutnya, penulis mencari tahu mengenai pembahasan ide tersebut oleh penuli-penulis lain. Apabila ide tersebut sudah angkat oleh orang lain maka bisa dituliskan dari perspektif atau sudut pandang yang berbeda pula.

Spirit Menulis
Dalam dunia menulis, membutuhkan tiga hal yang saling berkaitan yaitu, mau (kamauan), tahu (pengetahuan), dan trampil (ketrampilan).

Kemauan
Kemauan adalah dorongan dalam hati yang menggerakan untuk bertindak. Kemauan atau keinginan menulis bisa disebabkan oleh hal-hal yang berasal dari luar diri, karena ditugasi atau dwajidkan. Ada perbedaan antara menulis kakrena adanya kemauan dalam diri dan  karena ditugaskan atau diwajidkan.

Pengetahuan
Pengetahuan adalah kekayaan dalam menulis dan mengenai teknis tuli menulis dari isi tulisan. Supaya tulisan lebih menarik dan divariasi dengan kata-kata maka haruslah membutukan pengetahuan. Hal ini bisa diciptkan dengan banyak membaca, berdiskusi, banyak melihat, mengamati, dan mendengar.

Ketrampilan
Ketrampilan menulis adalah penggabungan yang harmonis antara daya otak dan daya tangan. Dengan membiasakan diri untuk terus menulis, maka dengan sendirinya kemampuan menulis akan terasa dengan baik. Ketrampilan adalah aksi nyata seseorang yang mau bertindak dan tahu cara melakukannya.

Langkah awal menulis

Menurut Brouwn, dalam judul bukunya “latihan menulis” mengatakan, kita belajar berjalan dan berbicara, tetapi untuk belajar berenang dan menulis merupakan hal yang khusus, tingkah laku yang harus dipalajari. Manusia akan belajar berenang jika ada air yang dapat meredam seluruh tubuh dan biasanya bila ada yang mengajarinya. Demikian dengan belajar menulis tentu ada yamg mengajarinya. Langkah-langkah menulis:
Menemukan ide
Menentukan sikap atas ide tersebut (menyetujui, mengkritik, menolak, membmerikan solusi)
Mencari angle atau sudut pandang yang berbeda dari pembahasan terhadulu
Mencari argument untuk mendukung dan menguatkan sikap
Menentukan judul
Merumuskan pokok-pokok pikiran.

Proses menulis

Memilih topik, merumuskan tema
Topik. Persoalan atau masalah yang akan dibahas harus sudah dibatasi atau difokuskan. Seluruh karangan hendaknya membawa dan mengingatkan perhatian pembaca kepada salah satu ide pokok yang merupakan inti tulisan. Dari ide pokok kemudian dirumuskan dalam kalimat lengkap, menyatakan maksud dan pendirian penulis mengenai tema yang akan dibahas.

Tema adalah pemersatu seluruh tulisan. Bila menghadapi topik yang masih kabur atau sangat luas, kita lebih dulu mencari dan menentukan temanya, untuk membatasi pembicaraan.

Dalam pmilihan topic atau perumusan tema mestinya menimbang empat hal yakni; menarik atau tidak, mendesak atau tidak, mampu menuliskan atau tidak mampu menuliskan, kecukupan data atau tidak kecukpan data.

Membuat peta pikiran
Cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum menulis adalah dengan menyusun peta pikiran. Metode ini membantu menulis yang bisa menerima rasa penarasan, ketidaktahuan, dan berbagai hal yang tanpak kacau menjadi sistemik.

Mengunakan kata-kata kunci.
Cara ini juga akan mempermuda dalam menulis. Ketika kata-kata kunci sudah ditemukan maka tulisan akan menjadi mudah dan gampan.

Memanfaatkan bahasa
Tulisan yang bagus memaparkan soal yangkongkret dan spesifik. Salah satu caranya adalah mengukan kata-kata atau menghindari kata-kata yangmembuat orang lain tersinggung atau membuat orang lain binggung.

Menilai kembali tulisan
Cara ini untuk menilai, apakah tulisa itu berbobot atau tidak, datanya sudah cukup atau tidak, pengunaan katra sudah profsional atau tidak dan yang lainnya.

Edit kembali
Cara ini untuk membaca kembali sambil memperhalus kata, bahasa, kalimat dan menyempurnakan tulisan dengan ide atau gasan awal yang ada dalam alam pikiran penulis.

Yang sangat menarik dari diskusi ini adalah pemateri mengatakan, walaupun saya bukan penulis, apabila teman-teman mempunyai semangat untuk menulis maka kita akan belajar bersama. Saya harap dalam satu minggu kita bisa menulis satu tulisan sebagai bagian dari awal pembelajaran menulis dan tulisan tersebut kita akan lihat bersama-sama pada malam minggu di asrama Deiyai. Ya, nanti kalau ada dana dari ikatan pelajar dan mahasiswa Deiyai, kita akan undang pemateri untuk bisa memberikan pelatihan jurnalistik. Namun, sementara tidak ada dana, kita manfaatkan tenaga yang ada sebagai untuk mengetahui dasar-dasar dalam menulis, demikian kata pemateri “Donatus Bidaipouga Mote” yang saat ini menjabat sebagai sekrataris IPMADE YOGLO. (Admin)
Sumber: http://timipotu.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar