Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Deiyai (IPMADE) Yogyakarta dan Solo kembali menggelar diskusi yang ke 45.
Diskusi kali ini dibawahkan oleh
Donatus Bidaipouga Mote dengan judul “Budayakan
Membaca dan Menulis” (kamis, 06/03/ 2014).
Sebelum
mulai diskusi, pemateri mengaku diri bahwa, sebenarnya saya bukan seorang
wartawan dan juga saya bukan penulis yang sudah diakui oleh publik tetapi
karena teman-teman memberikan kepercayaan untuk membawahkan materi tentang
menulis maka saya membawahkan materi pada kesempatan ini. Untuk lebih jelasnya
tentang menulis maka kita musti ikut pelatihan jurnalis. Demikian awal kata
Donatus B.Mote mahasiswa APMD jurusan pemerintahan.
Memang
kita akui bahwa, setiap manusia mempunyai talenta masing-masing. Ada orang yang
hanya bisa menulis tetapi tidak bisa bicara yang baik, ada orang yang bisa
berbicara vokal tetapi belum bisa
menulis, ada orang yang bisa bicara dan bisa menulis. Itulah bagian dari
manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Namun
demikian, lanjut Donatus, dengan melihat situasi Papua yang terus terjadi
sampai hilangnya martabat orang Papua sebagai manusia maka ya dan tidak atau mau dan tidak anak muda sebagai generasi Papua bisa menuliskan atas situasi
yang sedang terjadi itu. Paling tidak, anak muda Papua sedikit bisa menulis
artikel atau opni. Hal ini dikarenakan banyak peristiwa yang terjadi depan anak
muda Papua tetapi karena belum bisa menulis atau belum bisa dituangkan dalam
bahasa tulis maka tidak dipublikasikan di media.
Sebenarnya,
menulis ini tidak harus hanya wartawan atau yang memiliki gelar di Universitas
tetapi siapa pun dia dan dimana saja berada bisa menuliskan sebuah tulisan asalkan
adanya kemauan dan keinginan untuk menuangkan gagasan atau fakta dalam bahasa
tulis.
Tulisan-tulisan
itulah yang akan mendatangkan revolusi. Omongan-omongan itu belum tentu
membawah perubahan dalam kehidupan tetapi fakta telah membuktikan
tulisan-tulisan itulah yang mendobrak tembok-tembok raksasa yang sedang
mengelapkan kehidupan manusia yang sesungguhnya.
Pada
masa kegelapan dengan carut-marutnya duniawi, seperti India, Afrika dan daerah
jajahan lain saat itu, mereka mendobrak dengan gagasan-gagasan kebenaran
melalui tulisan. Demikian juga dengan perubahan pembangunan dalam Negara
Indonesia. Saat ini Indonesia dikenal dengan penulis-penulis terpopuler.
Gagasan-gagasannya dituangkan dalam tulisan dan menjadi konsep dalam
pembangunan.
Benarkah
kiranya bahwa peradaban ini berkembang karena tulisan, bukan omongan. Bayangkan
kalau Aristoteles, Plato, M. Weber dll, mereka tidak menuliskan pikiran-pikiran
berarti apa konsep kita saat ini?. Bayangkan seandanya Soekarno, Gus Dus,
Nurkhois Majid, dan Amin Rais hanya bisa berbicara, mungkin saat ini kita tidak
bisa menulusuri pikiran-pikiran mereka? Dan bayangkan kalau orang Papua tidak
bisa menulis sejarah bangsa dan semua peristiwa, apa yang akan menjadi sejarah?
Itulah bagian dari perbandingan dan menumbuhkan semangat menulis, Kata Donatus
yang juga aktis menulis berita-berita di media Timipotu News.
Lanjut,
memang menulis adalah menguras waktu, pikiran, tenaga, dan dana. Namun, satu
hal yang musti dipikirkan oleh generasi muda Papua adalah, di tengah-tengah
dunia yang menglobal ini, disampin berbicara harus ada tulisan sebagai bahan
publikasi serta menuangkan ide-ide cermalang sebagai bagian dari sumbangsi
dalam pembangunan. Apalagi bangsa yang sedang dijajajah. Harus budayakan
menulis untuk melawan penjajahan tersebut sebab apabila melawan dengan omongan
dan tindakan tentu hanya tinggal nama saja di bumi ini.
Lalu
bagaimana dengan Papua, yang tanpak masih disebut daerah primitif atau istilah lain orang mengatakan Papua
adalah wilayah ketinggalan zaman itu? Siapa kiranya Papua asli yang berani
menyatakan pendapatnya untuk menembus batas-batas kanal intelektual?. Siapa pengganti
penulis-penulis yang ada saat ini untuk tetap menari-nari dengan tinta? Inilah
spirit awal dalam memberanikan diri untuk menuliskan peristiwa, sejarah,
pendapat, dan lainnya. Tambahnya.
Pintu
masuk untuk menulis dan pencerahan dalam menulis adalah selain membaca buku,
rajin membaca realitas dengan mata, telinga kita. Kenapa demikian? Karena tiada
tulisan yang lebih sempurna tanpa adanya fakta atau peristiwa. Artinya, dalam
tulisan apapun harus disesuaikan dengan fakta yang sudah terjadi. Selain itu,
setelah melihat fakta atau membaca situasi maka pikiran kritis sebagai manusia
akan lahir sendirinya. Nah, tidak cukup kalau hanya ada pikiran kritis tapi
belum bisa menulis. Oleh karenanya, budayakan menulis sejak dini agar bisa
aktualisasi dalam tulisan atas pikiran-pikiran kritis itu.
Sebetulnya
kalau kita lihat dengan saksama, menulis itu tidak terlepas dari kenyataan atau
bagian dari pengamatan, pembacaan situasi, peristiwa, dan akan memberikan
harapan. Namun kita belum juga membudayakan menulis itu. Hal itu kita musti
akui sebab memang pada dasarnya manusia itu sudah ditentukan kelebihan
masing-masing oleh Sang Pencipta. Bukan berarti kita diam begitu saja tetapi
paling tidak sedikit bisa menuliskan sebagai dasar dalam perubahan.
Sebetulnya
menulis bukanlah pekerjaan berat tetapi kalau kita mau menjadi penulis atau
sedikit bisa menulis maka tinggal menghubungkan indra manusia dengan kata
Tanya. Artinya sesuai dengan pembacaan situasi itu membawa dalam pertanyaan.
Seperti, mengapa begini? Mengapa begitu? Atau bisa juga mengunakan 5 W,1 H.
Apa, Kenapa, Kapan, Dimana, Bagaimana?. Kemudian, memberikan solusi dengan
sebuah pertanyaan bagaimana seharusnya. Inilah titik masuk dalam dunia menulis
dalam eksplorasi pengetahuan yang memberikan jejak-jejak keberhasilan
pencerahan dan revolusi ilmu pengetahuan.
Satu
hal lagi yang perlu kita catat bahwa melalui menulis, benih-benih
multikulturalisme akan tersebar. Dari siklus ini, tulisan-tulisan akan menjadi
alat untuk memahami dan memaknai peradaban.
Selain
itu, pemateri juga menemukan beberapa spirit dalam menulis yaitu, KEMAUAN,
KEBERANIAN, PENGETAHUAN,dan KETRAMPILAN. Walaupun kita ikut jurnalis, walaupun
kita ikut diskusi tentang menulis tetapi kalau tidak ada kemauan berarti
percuma saja. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda Papua musti ada kemauan
untuk menulis dan menulis.
Dalam
pembahasan selanjutnya Mote juga menghubungkan dengan Budayakan Menulis dan Membaca dalam sebuah pertempuran, Seorang
tentara tentu membawah senjata dalam perang tetapi kalau belum ada peluruh sangat
tidak mungkin menembak musuh. Sama hal juga dengan menulis. Generasi muda Papua
memiliki pikiran kritis, pengentahuan yang baik tapi belum bisa menuliskan
berarti tidak akan merubahkan tatanan kehidupan manusia pada jaman kekejaman
kolonialis ini.
Setelah
adanya penjelasan-penjelasan tentang menulis, pemateri juga kembali mengatakan
bahwa; budayakan membaca dan menulis
itu bukan hanya membaca apa yang ada dalam buku tetapi supaya membudayakan
dalam menulis maka perluh membaca situasi yang sedang berkembang, peristiwa
yang sedang terjadi, dan masalah yang ada dalam kehidupan manusia Papua itu
sendiri. Yang dimaksud budayakan membaca itu adalah bukan hanya membaca buku
tetapi baca situasi dan peristiwa sebab hal itu akan mempermudah dalam menulis,
kata Mote.
Pemateri
juga menjelaskan bagaimana cara menulis dan bagaimana cara melahirkan ide atau
gagasan dalam penulisan.
Bagaimana manemukan ide atau gagasan?
Ide
itu bisa muncul dari berbagai sumber. Ide dapat didengar, melihat, membaca, dan
melalui pengalam hidup sendiri maupun dari dari pengalaman hidup orang lain.
Selain itu, ide akan muncul ketika adanya sikap pro aktif dan kritis dalam
menangapi realitas yang didengar, dilihat, mapun dibaca. Ide itu bisa juga
ditemukan melalui kekgiatan-kegiatan seperti melalui diskusi, seminar, olah
raga dll.
Bagaimana merumuskan ide yang menarik
dan kritis?
Agar
tahu ide yang akan kita kembangkan menjadi tulisan menarik, ada baiknya kita
menemukan pembanding terlebih dahulu. Yang dimaksud pembanding adalah
karya-karya lain yang pernah ada. Ide atau gagasan yang sama perlu dicermati
perbedaan sudut pandang, perspektif ataupn argumentasinya. Dengan melakukan
perbandingan, kita bisa mengolah ide menjadi lebih menarik dan lain dari pada
yang lain.
Misalnya,
penulis tergerak oleh berbagai kasus pembunuhan. Langkah selanjutnya, penulis
mencari tahu mengenai pembahasan ide tersebut oleh penuli-penulis lain. Apabila
ide tersebut sudah angkat oleh orang lain maka bisa dituliskan dari perspektif
atau sudut pandang yang berbeda pula.
Spirit Menulis
Dalam
dunia menulis, membutuhkan tiga hal yang saling berkaitan yaitu, mau (kamauan),
tahu (pengetahuan), dan trampil (ketrampilan).
Kemauan
Kemauan
adalah dorongan dalam hati yang menggerakan untuk bertindak. Kemauan atau
keinginan menulis bisa disebabkan oleh hal-hal yang berasal dari luar diri,
karena ditugasi atau dwajidkan. Ada perbedaan antara menulis kakrena adanya
kemauan dalam diri dan karena ditugaskan
atau diwajidkan.
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah kekayaan dalam menulis dan mengenai teknis tuli menulis dari isi
tulisan. Supaya tulisan lebih menarik dan divariasi dengan kata-kata maka
haruslah membutukan pengetahuan. Hal ini bisa diciptkan dengan banyak membaca,
berdiskusi, banyak melihat, mengamati, dan mendengar.
Ketrampilan
Ketrampilan
menulis adalah penggabungan yang harmonis antara daya otak dan daya tangan.
Dengan membiasakan diri untuk terus menulis, maka dengan sendirinya kemampuan
menulis akan terasa dengan baik. Ketrampilan adalah aksi nyata seseorang yang
mau bertindak dan tahu cara melakukannya.
Langkah awal menulis
Menurut
Brouwn, dalam judul bukunya “latihan menulis” mengatakan, kita belajar berjalan
dan berbicara, tetapi untuk belajar berenang dan menulis merupakan hal yang khusus,
tingkah laku yang harus dipalajari. Manusia akan belajar berenang jika ada air
yang dapat meredam seluruh tubuh dan biasanya bila ada yang mengajarinya.
Demikian dengan belajar menulis tentu ada yamg mengajarinya. Langkah-langkah
menulis:
Menemukan
ide
Menentukan
sikap atas ide tersebut (menyetujui, mengkritik, menolak, membmerikan solusi)
Mencari
angle atau sudut pandang yang berbeda
dari pembahasan terhadulu
Mencari
argument untuk mendukung dan menguatkan sikap
Menentukan
judul
Merumuskan
pokok-pokok pikiran.
Proses menulis
Memilih topik, merumuskan tema
Topik.
Persoalan atau masalah yang akan dibahas harus sudah dibatasi atau difokuskan.
Seluruh karangan hendaknya membawa dan mengingatkan perhatian pembaca kepada
salah satu ide pokok yang merupakan inti tulisan. Dari ide pokok kemudian
dirumuskan dalam kalimat lengkap, menyatakan maksud dan pendirian penulis
mengenai tema yang akan dibahas.
Tema
adalah pemersatu seluruh tulisan. Bila menghadapi topik yang masih kabur atau
sangat luas, kita lebih dulu mencari dan menentukan temanya, untuk membatasi
pembicaraan.
Dalam
pmilihan topic atau perumusan tema mestinya menimbang empat hal yakni; menarik
atau tidak, mendesak atau tidak, mampu menuliskan atau tidak mampu menuliskan,
kecukupan data atau tidak kecukpan data.
Membuat peta pikiran
Cara
yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum menulis adalah
dengan menyusun peta pikiran. Metode ini membantu menulis yang bisa menerima
rasa penarasan, ketidaktahuan, dan berbagai hal yang tanpak kacau menjadi
sistemik.
Mengunakan kata-kata kunci.
Cara
ini juga akan mempermuda dalam menulis. Ketika kata-kata kunci sudah ditemukan
maka tulisan akan menjadi mudah dan gampan.
Memanfaatkan bahasa
Tulisan
yang bagus memaparkan soal yangkongkret dan spesifik. Salah satu caranya adalah
mengukan kata-kata atau menghindari kata-kata yangmembuat orang lain
tersinggung atau membuat orang lain binggung.
Menilai kembali tulisan
Cara
ini untuk menilai, apakah tulisa itu berbobot atau tidak, datanya sudah cukup
atau tidak, pengunaan katra sudah profsional atau tidak dan yang lainnya.
Edit kembali
Cara
ini untuk membaca kembali sambil memperhalus kata, bahasa, kalimat dan
menyempurnakan tulisan dengan ide atau gasan awal yang ada dalam alam pikiran
penulis.
Yang
sangat menarik dari diskusi ini adalah pemateri mengatakan, walaupun saya bukan
penulis, apabila teman-teman mempunyai semangat untuk menulis maka kita akan
belajar bersama. Saya harap dalam satu minggu kita bisa menulis satu tulisan
sebagai bagian dari awal pembelajaran menulis dan tulisan tersebut kita akan
lihat bersama-sama pada malam minggu di asrama Deiyai. Ya, nanti kalau ada dana
dari ikatan pelajar dan mahasiswa Deiyai, kita akan undang pemateri untuk bisa
memberikan pelatihan jurnalistik. Namun, sementara tidak ada dana, kita manfaatkan
tenaga yang ada sebagai untuk mengetahui dasar-dasar dalam menulis, demikian
kata pemateri “Donatus Bidaipouga Mote” yang saat ini menjabat sebagai
sekrataris IPMADE YOGLO. (Admin)
Sumber: http://timipotu.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar