BUKTI
PEMIMPIN (PEJABAT) YANG SUKSES DALAM KEPEMIMPINANNYA ADALAH SALAH
SATUNYA PEMIMPIN MEMENUHI KEBUTUHAN BAWAHAN (PENGAWAINYA) DALAM RANGKA
MENCAPAI VISI DAN MISI DINAS TERKAIT.
Apa tugas atasan?...
Apa Program Kerjanya?...
Bagimana merangkul bawahan agar tetap bekerja?..
Mengapa bawahan tidak mau bekerja?...
Apa tugas atasan?...
Apa Program Kerjanya?...
Bagimana merangkul bawahan agar tetap bekerja?..
Mengapa bawahan tidak mau bekerja?...
Memenuhi kebutuhan bawahan adalah juga metode. Ada beberapa kebutuhan yang dipenuhi oleh
atasan terhadap bawahan dengan tujuan pagawainya tetap semangat bekerja
pada Tupoksinya, teory MASLOW menjelaskan. Kebutuhan : Kebutuhan
fisiologis. Kebutuhan akan keselamatan. Kebutuhan Sosial. Kebutuhan akan
harga diri. Kebutuhan mempertinggi prestasi kerja. Dijelaskan satu
persatu sebagai berikut :
Kebutuhan fisiologis.
Fisiologis adalah berbicara tentang zat hidup dan organ manusia. Fisik tubuh manusia boleh sehat, kuat dan mengalami penambahan usia karena tentunya kebutuhan vital seseorang terpenuhi, Yang dimaksud kebutuhan vital, adalah : Perumahan yang sesuai, Pakaian yang layak, Air yang bersih dan mempunyai makanan yang bergizi dll.
Kebutuhan fisiologis.
Fisiologis adalah berbicara tentang zat hidup dan organ manusia. Fisik tubuh manusia boleh sehat, kuat dan mengalami penambahan usia karena tentunya kebutuhan vital seseorang terpenuhi, Yang dimaksud kebutuhan vital, adalah : Perumahan yang sesuai, Pakaian yang layak, Air yang bersih dan mempunyai makanan yang bergizi dll.
Seandainya Ketiga hal
tersebut salah satunya tidak optimal dalam kehidupan seseorang pegawai
maka sangat mempengaruhi kinerja. Makanan sehat, fungsinuya :
Menambahkan fisik tubuh. Perumahan yang sesuai dan tidak jauh dari
tampat kerja : Fungsinya untuk beristirahat dan boleh bekerja efsien dan
efektif, dan melanjuti pekerjaan di rumah. Air yang bersih : Berfungsi
untuk minum, masak, menyuci, dan mandi. Seorang pemimpin mengetahui
persoalan yang dihadapi bawahan. Selanjutnya merumus bagimana memecahkan
masalah yang ada. Kebutuhan vital fisiologi pegawai tepenuhi maka pasti
berkerja dengan baik pula.
Kebutuhan akan keselamatan
Kebutuhan fisiologis bawahan (pegawai) terpenuhi maka berikutnya memerlukan pemenuhan kebutuhan keselamatan. Setiap orang ingin mau selamat dari segala ketakutan hidup dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang tidak kondisif dengn indikitor Keributan, Peperangan, Pembunuhan, kebakaran dan sejenisnya. Indikator masalah-masalah tersebut sering terjadi konfilik persaan pegawai. Dampaknya adalah pegawai ketakukan, kecemasan, flustrai, tidak nyaman. Selagi kebutuhan akan keselamatan pegawai belum terjamin maka jelas tidak akan melaksanakan tugas. Dengan melihat masalah tersebut pemimpin membelah dan bertindak atas segala tindakan sewenang-wenangnya. Dengan motivasi kerja melihat kebutuhan akan keselamatan pegawai, Maka pegawai aman, tenang dan tetap eksisis mengerjakan tugas tanggung jawabnya selanjutnya.
Kebutuhan Sosial
Setelah memenuhi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keselamatan. Selanjutnya tugas pemimpin memenuhi kebutuhan Sosial. Kongritnya di setiap instansi tidak sesuai dengan komitmen awal hidup sosial. Sering terjadi perbedaan pendapat, saling menjelekkan, Mencari-cari persoalan, irih, dengki, benci, cepat tersinggung, membenci dan meremehkan yang lain dan tidak dihargai. Sementara keadaan semacam itu seorang bawahan membutuhkan rasa cinta kasih, dihargai, dihormati, dan terjaling kebersamaan dalam tugas pekerjaan. Kebutuhan sosial tidak terpenuhi maka yang terjadi pegawai tidak mengabdi. Problem sosial ini dicermati dan ditangi pemimpin secepatnya dalam upayah bagimana menciptakan kasih sayang dan tercipta suaksana kekeluargaan di Dinas tersebut. Memenuhi kebutuhan sosial maka pasti pegawai tetap berupayah bekerja dengan semaksimal.
Kebutuhan akan harga diri
Akhir suksesnya melaksanakan tugas seseorang membutuhkan penghargaan dari atasan. Semua lapisan masyarakat mempunyai kebutuhan dan keinginan penilaian yang mantap tanpa dilecehkan dan ingin dihormati oleh orang lain. Ada pegawai bekerja dengan optimal, punya perstasi kerjanya tinggi. Dia berharap dengan tujuan mendapatkan penghargaan dan kepercayaan, nama baik dan popularitasnya. Ternyata sering pemimpin tidak mengakuinya prestasi kerja dengan penghargaan-penghargaan sepertinya : Pujian, pemberian Hadiah ataupun menaikan kesejahteraan guru. Semacamam itu sangat mematikan kesemangatan kerja dan harga diri pegawai.
Kebutuhan mempertinggi prestasi kerja
Setiap orang ingin berprestasi dalam pekerjaan. Namun, biasanya menjadi kendala adalah kebutuhan dan kemampuan setiap pegawai beda sesuai dengan perbedaan individu. Disitu membutuhkan peran pemimpin atasan memotivasi, memandu dan memberdayakan bawahan semangat bekerja. Edwar Sallis, (2012:174-176).
Kebutuhan akan keselamatan
Kebutuhan fisiologis bawahan (pegawai) terpenuhi maka berikutnya memerlukan pemenuhan kebutuhan keselamatan. Setiap orang ingin mau selamat dari segala ketakutan hidup dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang tidak kondisif dengn indikitor Keributan, Peperangan, Pembunuhan, kebakaran dan sejenisnya. Indikator masalah-masalah tersebut sering terjadi konfilik persaan pegawai. Dampaknya adalah pegawai ketakukan, kecemasan, flustrai, tidak nyaman. Selagi kebutuhan akan keselamatan pegawai belum terjamin maka jelas tidak akan melaksanakan tugas. Dengan melihat masalah tersebut pemimpin membelah dan bertindak atas segala tindakan sewenang-wenangnya. Dengan motivasi kerja melihat kebutuhan akan keselamatan pegawai, Maka pegawai aman, tenang dan tetap eksisis mengerjakan tugas tanggung jawabnya selanjutnya.
Kebutuhan Sosial
Setelah memenuhi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keselamatan. Selanjutnya tugas pemimpin memenuhi kebutuhan Sosial. Kongritnya di setiap instansi tidak sesuai dengan komitmen awal hidup sosial. Sering terjadi perbedaan pendapat, saling menjelekkan, Mencari-cari persoalan, irih, dengki, benci, cepat tersinggung, membenci dan meremehkan yang lain dan tidak dihargai. Sementara keadaan semacam itu seorang bawahan membutuhkan rasa cinta kasih, dihargai, dihormati, dan terjaling kebersamaan dalam tugas pekerjaan. Kebutuhan sosial tidak terpenuhi maka yang terjadi pegawai tidak mengabdi. Problem sosial ini dicermati dan ditangi pemimpin secepatnya dalam upayah bagimana menciptakan kasih sayang dan tercipta suaksana kekeluargaan di Dinas tersebut. Memenuhi kebutuhan sosial maka pasti pegawai tetap berupayah bekerja dengan semaksimal.
Kebutuhan akan harga diri
Akhir suksesnya melaksanakan tugas seseorang membutuhkan penghargaan dari atasan. Semua lapisan masyarakat mempunyai kebutuhan dan keinginan penilaian yang mantap tanpa dilecehkan dan ingin dihormati oleh orang lain. Ada pegawai bekerja dengan optimal, punya perstasi kerjanya tinggi. Dia berharap dengan tujuan mendapatkan penghargaan dan kepercayaan, nama baik dan popularitasnya. Ternyata sering pemimpin tidak mengakuinya prestasi kerja dengan penghargaan-penghargaan sepertinya : Pujian, pemberian Hadiah ataupun menaikan kesejahteraan guru. Semacamam itu sangat mematikan kesemangatan kerja dan harga diri pegawai.
Kebutuhan mempertinggi prestasi kerja
Setiap orang ingin berprestasi dalam pekerjaan. Namun, biasanya menjadi kendala adalah kebutuhan dan kemampuan setiap pegawai beda sesuai dengan perbedaan individu. Disitu membutuhkan peran pemimpin atasan memotivasi, memandu dan memberdayakan bawahan semangat bekerja. Edwar Sallis, (2012:174-176).
Dengan demikian menigkatkan prestasi kerja tentunya diimbangi dengan kemampuan atasan (pejabat) bagimana memberdayakan kemampuan bawahan. Pegawai boleh berkarya dengan baik ketika memiliki pengetahuan. Pendekatan memperoleh pengetahuan adalah belajar mandiri, tapi tidak menutupi kemungkinan palatihan dan training untuk pengembangan Profesi pegawai dari Dinas terkait. Dan selanjutnya pasti pegawai berkomitmen bekerja dengan kemampuan yg sdh diraih. Tugas atasan bgimana mengetahui mengatasi kelemahan bawahan jawaban dgn teknik menjalani supervisi (evalusi pekerjaan) terhadap bawahan untuk melihat masalah kepribadian guru, kendala yang dialami dalam pekerjaan. Hal Itu menjadi perhatian khusus untuk mengangkat jati diri pegawai. Sehingga selanjutnya setiap pegawai tidak merasa dirugikan. Setiap pegawai merasa diakui dan dihargai dengan memenuhi seluruh kebutuhan. Kondisi kerja semacam itu melahirkan budaya berkompetesi pada diri setiap pegawai. itu akan memacu berdisiplin diri untuk berperstasi kerja. Yang akan dampaknya yang lebih besar pada pencapaian visi dan Misi Dinas Terkait.
Maaf dan Terimakasih. Pejawabat Lebih awal takut akan Ugatame untuk Menjunjung tinggi Kebutuhan Bawahan. Bawahan (pegawai) mau aktif kerja dan tidaknya kembali pada kemampuan dan sgl seni pemimpin. Semoga pejabat setelah memahami TUPOKSI KERJANYA mulai bekerja dan belajar keadilan, kebenaran, kejujuran dan kasih sayang terhadap bawahan adalah berbagai motivasi kerja dalam rangka mewujudakan visi Dinas tersebut lebih mewujudkan Visi dalam sebuah Daerah.
Siapa yang ingin mau jadi pemimpin?... belajar dan menerapkan artikel singkat tersebut diatas dalam organisasi.
Penulis Yulianus Maday, S.PAK. adalah Mahasiswa Magister Manajemen pendidikan (M.MP) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di salatiga jawa tengah.
0 komentar:
Posting Komentar