Selasa, 18 Maret 2014

Mengapa Paus memilih untuk mengunjungi Korea Selatan


Meskipun Paus Fransiskus mengatakan dia tidak suka bepergian, namun ia harus memilih untuk perjalanannya tahun 2014.

Dia sudah menetapkan untuk mengunjungi Israel, Palestina dan Yordania pada akhir Mei, dan belum lama ini Vatikan telah mengumumkan bahwa ia akan mengunjungi Korea Selatan pada 14-18 Agustus.

Terkait perjalanan ke Korea Selatan, Paus Fransiskus memenuhi tiga hal sekaligus.

Pertama, Paus Fransiskus akan melunasi utang lama yang ditinggalkan oleh Paus Benediktus XVI.

Paus asal Jerman itu membuat 24 perjalanan di luar Vatikan selama delapan tahun kepausannya, termasuk dua ke Amerika Latin dan dua ke Afrika, tetapi tidak pernah mengunjungi Asia.

Setiap Paus mungkin akan mempertimbangkan ke Asia, tetapi paus pertama dari negara berkembang itu mungkin merasa memiliki kewajiban khusus.

Kedua, Korea memungkinkan Paus Fransiskus mengakui pertumbuhan umat Katolik di seluruh Asia dan mengatakan “terima kasih” atas kontribusi penting yang dilakukan untuk kekayaan Gereja Katolik saat ini oleh orang-orang Asia.

Selama abad ke-20 agama Katolik bertumbuh dari 1,2 persen menjadi 3 persen dari populasi seluruh Asia.

Jumlah umat Katolik di India saja dari dua juta menjadi 17 juta, dan akan mencapai 26 juta tahun 2050. Negara lain yang mayoritas Katolik di Asia, yakni Filipina. Jumlah umat Katolik hingga tahun 2012 melebihi Perancis, Spanyol, Italia dan Polandia.

Di Korea, Katolik telah tumbuh sekitar 70 persen selama dekade terakhir, lebih dari lima juta orang yang mewakili sekitar sepuluh persen dari populasi negara itu.

Di kalangan orang Katolik saat ini mengatakan bahwa Filipina adalah “Irlandia baru”, yang berarti orang-orang Katolik berbondong-bondong ke luar negeri untuk mencari pekerjaan dan memberikan kesaksian iman mereka.

Alasan resmi kunjungan Paus Fransiskus ke Korea Selatan adalah Hari Kaum Muda Asia, yang berarti perjalanannya ditujukan untuk seluruh orang muda benua ini.

Ketiga, Paus Fransiskus berencana untuk memberikan kanonisasi 124 martir Korea, dan perjalanannya juga memberikan kesempatan untuk meningkatkan kesadaran tentang salah satu topik yang muncul: penganiayaan anti-Kristen pada awal abad ke-21.

Selama homilinya pada 4 Maret, Paus Fransiskus menegaskan, “Ada lebih banyak martir saat ini dibandingkan pada hari-hari awal Gereja” dan “begitu banyak saudara-saudara kita menjadi saksi Kristus dan dianiaya untuk itu.”

Asia adalah salah satu daerah dimana kekerasan yang paling akut. Penganiayaan anti-Kristen yang paling mematikan dalam dua dekade terakhir terjadi di negara bagian Orissa, India bagian timur laut, tahun 2008, ketika radikal Hindu mengamuk dan menewaskan sekitar 500 orang Kristen dan ribuan lainnya luka-luka.

Para martir Korea yang akan dideklarasikan Paus Fransiskus menjadi “Beato”, tewas antara tahun 1791 dan 1888. (Admin)

Sumber: http://indonesia.ucanews.com

0 komentar:

Posting Komentar